
Menyimak tentang riwayat kehidupan Gus Dur ternyata sangat menarik. Apalagi riwayat itu datang dari orang-orang yang kenal langsung dengan Gus Dur. Siapa yang tidak mengenal tokoh fenomenal satu ini dengan segala polah tingkahnya yang unik. Silakan simak baik-baik!
Sudah seminggu sejak beliau berpulang kerahmatullah, pada beberapa stasiun televisi masih saja diperbincangkan tentang pribadi dan kehidupan beliau yang tergolong unik dan hanya orang-orang tertentu yang memiliki karakter seperti beliau. Di samping sikapnya yang sering kontroversional, ternyata banyak sekali sisi positif yang bisa dicontoh dari lika-liku kehidupan beliau. Hal ini terbukti dari banyak sumber orang dekat Gus Dur yang semuanya sama memuji sifat dan kearifan beliau.
Pada sebuah stasiun televisi swasta atau sebut saja TV One adalah salah satu televisi yang setiap malam yang sudah satu minggu selalu menyajikan berita dan perbincangan mengenai Gus Dur. Terutama sekali mereka mengundang orang-orang dekat Gus Dur untuk diwawancarai, di antaranya adalah Wimar Witoelar sebagai juru bicara Gus Dur sewaktu masih menjadi presiden, ajudan, sahabat, keluarga, orang yang pernah ditolong Gus Dur dan lain-lain yang mengenal dan pernah bersahabat dengan beliau.
Wimar Witoelar ditanya oleh pembawa acara, “Apakah Gus Dur pernah marah kepadanya atau bersedih atas apa yang menimpa beliau?”
Jawab Wimar Witoelar ketika itu bahwa ia sebagai bawahannya Gus Dur satu kali pun dia tidak pernah dimarahi atasannya itu. “Kalau waktu di sekolah dulu saya setiap hari dimarahi oleh guru, tapi kalau sama Gus Dur, satu kali pun tidak pernah. Saya tidak pernah melihat Gus Dur bersedih atau mengeluh. Justru saya yang sering bersedih melihat beliau dimusuhi oleh orang-orang yang tidak paham akan beliau.”
Gus Dur pernah sewaktu di Makkah mengajak sahabat beliau KH. Said Agil Siradj jalan-jalan mencari seorang Ulama yang khawas atau arif billah (Wali). Setelah jalan beberapa saat, sampailah mereka kepada seorang yang terlihat alim dilihat dari pakainnya. Sahabat beliau itu menanyakan kepada Gus Dur, inikah orang yang kita cari? Jawab Gus Dur bukan. Ketika sampai di sebuah tempat ada seorang ulama dengan pakaian kebesaran seorang Ulama dan dikelilingi oleh banyak muridnya. Ketika dikatakan kepada Gus Dur tentang Ulama tersebut maka jawab Gus Dur juga bukan. Mereka lalu melanjutkan perjalanan dan sampai kepada seorang yang terlihat biasa saja dan tidak terlalu istimewa. Ketika ditanyakan kepada Gus Dur tentang orang tersebut maka jawab Gus Dur iya. Inilah orang yang kita cari.
KH. Said Agil Siradj lalu memperkenalkan Gus Dur kepada orang itu dan mengutarakan maksud mereka yaitu minta do’akan kepadanya. Ulama yang dianggap Gus Dur Khawas itu pun lalu mendo’akan beliau. Setelah selesai lalu Ulama Khawas tersebut lalu pulang sambil mengeluh:
“Tuhanku! Dosa apa hamba sehingga engkau memperkenalkan jati diri hamba kepada orang-orang itu?”
Rupanya beliau yang terlihat berpenampilan sederhana itu adalah seorang waliyullah yang sedang menyamar dan tidak ingin jati dirinya diketahui oleh orang lain. Ditambahkan oleh KH. Said Agil bahwa tidak ada yang bisa mengetahui seseorang itu Wali melainkan mereka sama-sama Wali juga.
Ajudan Gus Dur menceritakan bahwa pada waktu Pak Habibie masih menjadi presiden, waktu itu Gus Dur sedang berada di rumah sakit karena memang sakit. Sewaktu terbaring di tempat tidur, tiba-tiba beliau berseru “Aku akan menjadi presiden!” Beliau mengulang perkataannya itu dengan keras. Mendengar hal ini spontan orang-orang yang ada di sana hanya terenyuh dan menganggap Gus Dur sedang mengigau karena waktu itu tidak ada wacana atau jalan bagi Gus Dur untuk menjadi seorang presiden. Tapi ternyata apa yang beliau ucapkan itu bukan igauan tapi justru menjadi kenyataan.
Pernah di daerah Jawa seorang Ulama tewas dibunuh oleh perampok di rumahnya. Setelah diselidiki oleh kepolisian ternyata motifnya adalah kriminal biasa. Tapi alangkah mengejutkannya Gus Dur membantah dan mengatakan motifnya adalah politik. Orang-orang pun dibuat bingung dan banyak yang tidak percaya. Satu minggu setelah peristiwa naas itu baru terkuak motif yang sebenarnya bahwa pembunuhan itu memang rekayasa politik.
Gus Dur seringkali tertidur sewaktu acara resmi bahkan sampai mendengkur. Sewaktu Gus Dur akan tampil menanggapi pembicara lainnya Gus Dur hendak diberitahukan tentang apa saja yang disampaikan oleh pembicara terdahulu, akan tetapi jawab Gus Dur gak perlu. Saya tahu apa yang telah disampaikan oleh mereka. Dan ternyata memang Gus Dur menanggapi segala pertanyaan lawan dialognya dengan lancar.
Selain memiliki otak yang cerdas, Gus Dur juga terkenal dekat dengan Ulama dan punya kebiasaan suka berziarah ke makam-makam auliya di seluruh pelosok negeri. Gus Dur pernah datang ke kampung halaman penulis di Martapura Kalimantan Selatan. Beliau singgah ke rumah seorang Tuan Guru Besar seorang Alimul Allamah Al Arif Billah Syekh Muhammad Zaini bin Abdul Ghani yang dikenal sebagai Wali Kuthub pada zaman beliau ini. Gus Dur mengajak beliau keliling dan ziarah ke makam Alimul Allamah Al Arif billah Syekh Muhammad Arsyad al Banjari. Ulama yang terkenal Waro’ ini pun setuju padahal tidak ada seorang pun sebelum dan sesudah ini yang dapat perlakuan istimewa dari beliau seperti Gus Dur.
Untuk menguak atau mengungkap cerita dan kesaksian orang-orang yang kenal dengan Gus Dur ini banyak sekali bahkan akan menjadi sebuah buku yang terlalu tebal untuk dibaca. Saya rasa cukup sampai di sini saja tulisan mengenai kesaksian orang-orang yang mengenal Gus Dur ini.
Semoga kita dapat mengambil hikmah dan pelajaran dari tulisan di atas.
Salam!