Kisah Nabi Idris Yang Ditemani Oleh Malaikat Maut
Pernahkah kamu membayangkan, ada seorang manusia yang ibadahnya begitu tulus, begitu konsisten, sampai-sampai Malaikat Maut—makhluk yang paling ditakuti—justru merasa kagum dan ingin berteman dengannya? Bukan untuk mencabut nyawanya, tapi benar-benar turun ke bumi hanya untuk berbincang dan menemaninya. Ini bukan sekadar cerita biasa. Ini adalah sebuah kisah turun-temurun yang penuh hikmah, tentang seorang Nabi yang ketaatannya membuat para penghuni langit berdecak kagum.
Ilustrasi |
Jauh di masa lalu, bahkan sebelum zaman Nabi Nuh, hiduplah
seorang utusan Allah yang mulia. Ia adalah keturunan keenam dari Nabi Adam
‘alaihissalam. Namanya Akhnukh, tapi kita lebih mengenalnya dengan gelar
"Idris". Gelar ini konon berasal dari kata 'dars', yang artinya
belajar, karena beliau adalah sosok yang tak henti-hentinya mempelajari wahyu
Allah.
Allah SWT bahkan memujinya langsung di dalam Al-Qur'an,
Surat Maryam ayat 56 dan 57: "Dan ceritakanlah (Muhammad) kisah Idris di
dalam Kitab. Sesungguhnya dia seorang yang sangat benar dan seorang nabi. Dan
Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi."
Nabi Idris adalah potret hamba yang luar biasa. Diceritakan
dalam banyak riwayat, beliau adalah manusia pertama yang pandai menulis dengan
pena, orang pertama yang menjahit pakaian dari kain, dan yang pertama
mempelajari ilmu perbintangan serta perhitungan. Siangnya ia habiskan untuk
berdakwah, malamnya ia hidupkan dengan sujud dan doa. Konon, amal ibadahnya
dalam sehari bisa setara dengan ibadah seluruh manusia di zamannya. Sebuah
level ketaatan yang sulit sekali kita bayangkan.
Kesalehannya yang luar biasa ini tak hanya jadi buah bibir
di bumi. Di langit, di antara para malaikat yang tak henti bertasbih, ada satu
malaikat yang perhatiannya tertuju pada hamba istimewa ini. Dialah Malaikat
Maut.
Dari atas sana, Malaikat Maut menjalankan tugasnya. Ia
menyaksikan jutaan takdir datang dan pergi. Namun, cahaya ibadah Nabi Idris ini
terasa berbeda, begitu terang dan istimewa. Sang malaikat mengamati bagaimana
Nabi Idris tak pernah sekalipun lalai. Saat tangannya menjahit, bibirnya tak
henti berzikir. Saat kakinya melangkah, hatinya selalu terhubung dengan Sang
Pencipta.
Dalam kisah ini diceritakan, rasa kagum tumbuh di hati sang
malaikat. Ini bukan lagi soal tugas, tapi sebuah kekaguman tulus dari makhluk
langit pada manusia bumi. Ia penasaran, manusia seperti apa yang bisa mencapai
derajat setinggi ini? Hikmah apa yang mengalir dari lisannya? Rasa penasaran
itu begitu kuat, hingga akhirnya Malaikat Maut memohon izin kepada Allah.
"Ya Rabb," mohonnya, "izinkanlah aku turun ke
bumi untuk bertemu hamba-Mu, Idris. Bukan untuk tugasku, tapi sekadar untuk
mengenalnya lebih dekat."
Allah, yang Maha Tahu isi setiap hati, mengabulkan
permintaan itu. Sebuah pertemuan yang tak biasa pun akan segera terjadi.
Suatu senja, saat Nabi Idris bersiap berbuka puasa,
seseorang mengetuk pintunya. Di sana berdiri seorang pria berparas sangat
tampan, membawa buah-buahan yang terlihat begitu segar, seolah bukan dari dunia
ini.
Dengan ramah, Nabi Idris mempersilakan tamunya masuk.
"Silakan, saudaraku. Mari kita berbuka bersama," ajaknya.
Sang tamu tersenyum, tapi saat Nabi Idris makan, tamunya
sama sekali tak menyentuh hidangan. "Kenapa kamu tidak makan?" tanya
Nabi Idris.
"Melihatmu makan saja sudah cukup bagiku," jawab
sang tamu, penuh teka-teki. "Aku hanya ingin menemanimu."
Nabi Idris yang bijaksana tak bertanya lebih lanjut. Malam
itu, ia beribadah seperti biasa, dan tamunya pun ikut beribadah dengan khusyuk
di sisinya. Ini terjadi selama beberapa hari. Mereka berbincang, berjalan
bersama, tapi sang tamu misterius ini tak pernah makan, minum, ataupun tidur.
Rasa penasaran Nabi Idris pun memuncak.
Saat mereka berjalan-jalan di sebuah ladang, Nabi Idris
akhirnya bertanya.
"Wahai saudaraku," katanya. "Sudah empat hari
kita bersama, dan aku merasa ada yang istimewa denganmu. Kamu tidak makan,
tidak minum, dan caramu memandang hidup dan mati begitu dalam, seolah kamu
sudah melihat semuanya. Kumohon, katakanlah, siapa dirimu sebenarnya?"
Sang tamu berhenti, menatap Nabi Idris dengan penuh hormat,
lalu berkata, "Wahai Idris, engkau memang seorang yang sangat benar. Aku
adalah Malaikat Maut."
Nabi Idris terdiam sejenak. Tak ada rasa takut di wajahnya,
hanya pemahaman yang dalam. "Apakah kamu datang untuk berziarah, atau
untuk mencabut nyawaku?"
"Aku datang untuk berziarah atas izin Allah, karena aku
kagum pada ibadahmu," jawab Malaikat Maut.
Nah, di sinilah kisahnya menjadi semakin menakjubkan.
Penting untuk kita ingat, detail percakapan dan peristiwa selanjutnya ini
banyak berasal dari riwayat yang dikenal sebagai *Israiliyat*. Ini adalah
kisah-kisah yang diwariskan dari tradisi ahli kitab sebelum Islam, yang status
kebenarannya tidak bisa kita pastikan secara mutlak. Namun, kisah ini tetap
diceritakan oleh para ulama terdahulu karena hikmah dan pelajaran di dalamnya
sungguh besar.
Nabi Idris menatap sahabat malaikatnya dan berkata,
"Wahai Malaikat Maut, aku punya beberapa permintaan."
"Apa itu?"
Baca Juga Kisah ini:
Apa Yang Menanti Kita Setelah kematian? Menjelajahi Misteri Alam Barzakh
Ilmuwan Terkejut, Al Qur'an Telah Jelaskan misteri Laut Yang Tak Menyatu Sejak 1400 Tahun lalu!"Pertama, aku ingin engkau mencabut nyawaku, lalu mohonkan pada Allah agar aku dihidupkan kembali. Aku ingin merasakan sakitnya sakaratul maut, supaya rasa takut dan ibadahku pada Allah semakin bertambah."
Atas izin Allah, Malaikat Maut pun melakukannya. Setelah
dihidupkan lagi, Nabi Idris menangis. "Rasanya seribu kali lebih pedih
daripada hewan yang dikuliti hidup-hidup," katanya.
"Permintaan keduaku," lanjutnya, "bawa aku
melihat Neraka Jahannam. Agar aku bisa menyaksikan kengeriannya dan semakin
takut untuk berbuat dosa."
Setelah sadar, ia mengajukan permintaan terakhir.
"Wahai saudaraku, aku sudah merasakan pedihnya maut dan ngerinya neraka.
Sekarang, bawa aku melihat Surga, agar kerinduanku kepada Allah semakin
membara."
Malaikat Maut pun membawa Nabi Idris ke gerbang Surga.
Begitu pintu terbuka, terhamparlah pemandangan yang tak terlukiskan kata-kata.
Sungai susu dan madu, pepohonan dari emas, dan wangi yang menenangkan jiwa.
Nabi Idris melangkah masuk, merasakan kedamaian yang sejati.
Setelah beberapa saat, Malaikat Maut berkata, "Wahai
Idris, waktunya kita kembali."
Tapi, Nabi Idris tidak beranjak. Sambil memegang salah satu
pohon surga, ia berkata dengan tenang, "Aku tidak akan keluar dari
sini."
"Mengapa?" tanya Malaikat Maut, terkejut.
Nabi Idris menjawab dengan argumen yang cerdas, "Karena
Allah berfirman, 'Setiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati,' dan aku
sudah merasakannya. Allah juga berfirman bahwa setiap orang pasti akan
'mendatangi' neraka, dan aku sudah melihatnya. Dan Allah berfirman, siapa pun
yang sudah masuk Surga, tak akan pernah dikeluarkan lagi. Aku sudah melewati
dua tahap pertama, dan sekarang aku di tahap ketiga."
Perdebatan itu pun sampai kepada Allah SWT. Allah lalu
menurunkan wahyu-Nya, "Biarkan hamba-Ku Idris. Sungguh, telah Aku tetapkan
sejak dahulu bahwa ia termasuk penghuni Surga."
Maka, tinggallah Nabi Idris di surga. Inilah yang menjadi
salah satu penafsiran dari firman Allah, "Dan Kami telah mengangkatnya ke
martabat yang tinggi." Sebagian ulama menafsirkannya sebagai pengangkatan
derajat dan kemuliaan, sementara riwayat ini menafsirkannya sebagai
pengangkatan fisik ke tempat termulia, yaitu Surga.
Terlepas dari apakah kita meyakini detailnya secara harfiah,
kisah Nabi Idris dan Malaikat Maut ini memberi kita pelajaran yang sangat
dalam. Ketaatan yang tulus dan konsisten punya nilai yang begitu agung di sisi
Allah, sampai bisa mengundang kekaguman dari makhluk langit-Nya. Kisah ini
menjadi pengingat bahwa janji Allah itu nyata, dan balasan bagi orang yang
beriman jauh melampaui apa yang sanggup kita bayangkan.
Semoga cerita ini bisa mempertebal iman dan menginspirasi
kita semua untuk terus memperbaiki diri dan ibadah kita.
Kalau kamu dapat pelajaran berharga dari kisah ini, jangan
lupa tekan tombol suka dan bagikan videonya ya. Coba tulis di kolom komentar,
hikmah apa sih yang paling menyentuh hatimu dari cerita Nabi Idris ini? Dan
pastikan kamu sudah berlangganan biar nggak ketinggalan kisah-kisah inspiratif
lainnya.
Komentar
Posting Komentar