Izrail, Sang Malaikat Maut; Misteri Wujud dan Cara Pencabutan Nyawa
Dunia ini panggung sandiwara. Kita semua adalah aktornya, memainkan peran, tertawa, menangis, mencari, dan pada akhirnya, satu hal pasti menunggu di ujung tirai: sebuah perpisahan. Dan di balik perpisahan itu, berdiri tegak sesosok makhluk agung yang tugasnya sudah tertulis sejak zaman azali: Malakul Maut, yang kita kenal sebagai Malaikat Izrail a.s.
Wujudnya
adalah misteri, namun kisahnya penuh hikmah. Bagaimana sebenarnya rupa Sang
Malaikat Pencabut Nyawa, dan bagaimana ia melaksanakan tugas terberat,
memisahkan ruh dari raga? Mari kita selami riwayat dan makna di balik kehadiran
sunyi Izrail.
Bab I: Sang Maha Agung di Balik
Tirai Ghaib (Wujud Izrail)
Jika
kita membayangkan Izrail, pikiran kita mungkin melayang pada sosok seram
berkerudung gelap. Namun, riwayat yang sampai kepada kita dari sumber-sumber
Islam menggambarkan keagungan yang jauh melampaui imajinasi manusia biasa.
Ilustrasi |
Dikisahkan
bahwa wujud Izrail adalah manifestasi dari kekuasaan Allah SWT. Beberapa
riwayat menyebutkan detail yang membuat akal tertegun, seperti memiliki:
- Beragam
Wajah:
Ada riwayat yang menyebutkan bahwa Izrail memiliki empat wajah—masing-masing
untuk para Nabi, kaum mukmin, kaum kafir, dan para jin—menunjukkan
keseriusan tugasnya terhadap segala jenis makhluk.
- Sayap
yang Membentang:
Layaknya malaikat lain, ia memiliki sayap, dan keagungannya sering
disamakan dengan makhluk-makhluk langit lainnya, menandakan kekuasaan dan
kecepatan yang melintasi alam semesta.
- Wujud
yang Berubah:
Namun, poin terpenting yang sering ditekankan adalah wujudnya tidaklah
tetap. Ia akan menampakkan diri secara berbeda, tergantung kepada
siapa ia datang.
Dua Sisi Mata Pedang:
Kisah
Nabi Ibrahim a.s. yang meminta Izrail menunjukkan wujudnya adalah riwayat yang
paling mendalam:
- Untuk
Orang Mukmin (Pecinta Kebajikan): Izrail akan menampakkan rupa yang sangat rupawan,
damai, dan bercahaya. Kehadirannya ditemani aroma surgawi dan malaikat
rahmat, membawa kabar gembira yang menenangkan jiwa yang akan dicabut.
Prosesnya akan terasa lembut, laksana setetes air yang mengalir dari
bibir.
- Untuk
Orang Kafir/Zalim (Pecinta Dunia): Sebaliknya, ia akan tampil dalam rupa yang mengerikan,
berkulit gelap, berbau busuk, dengan tatapan yang menghujam. Kehadirannya
diselimuti malaikat azab, membawa kengerian yang membuat ruh bergetar.
Ini
bukanlah hanya sekadar "seram", melainkan refleksi dari amal
perbuatan sang hamba itu sendiri. Wajah Malaikat Maut adalah cermin dari
keimanan yang ada di dalam dada.
Bab II: Proses Pencabutan Ruh (Dua
Cara yang Jauh Berbeda)
Tugas
Izrail bukanlah sembarangan. Ia adalah pemegang mandat suci yang telah
diizinkan oleh Allah SWT untuk memegang 'kunci' akhir kehidupan.
Lalu,
bagaimana proses pencabutan ruh itu terjadi? Al-Qur'an menggambarkan dua cara
yang kontras, yang termaktub dalam Surah An-Nazi'at:
1. Pencabutan yang Lembut (Seperti
Mencabut Rambut dari Adonan Tepung)
Ayat
2 Surah An-Nazi'at (وَالنَّاشِطَاتِ نَشْطًا) sering diartikan sebagai
pencabutan nyawa dengan lemah lembut (oleh malaikat-malaikat yang
mencabut nyawa dengan sangat mudah).
- Siapa
yang Mengalami:
Orang-orang yang beriman, yang hatinya tenteram (disebut Nafsul
Muthmainnah).
- Proses: Ruh mereka akan dipanggil
keluar dengan penuh kedamaian, disambut oleh malaikat-malaikat lain,
dibawa naik ke langit, dan dibungkus dengan kafan surgawi. Rasa sakitnya
pun diringankan, seolah raga hanyalah selimut yang dibuka perlahan.
Ayat
1 Surah An-Nazi'at (وَالنَّازِعَاتِ غَرْقًا) menggambarkan pencabutan nyawa
dengan kasar dan keras (oleh malaikat-malaikat yang mencabut nyawa
dengan tarikan yang kuat).
- Siapa
yang Mengalami:
Orang-orang yang ingkar, zalim, dan tenggelam dalam dosa (Nafsul
Ammarah Bissu')
- Proses: Ruh mereka akan dicabut dengan
tarikan yang menyakitkan dan amat sulit, seolah melekat kuat pada setiap
serat tubuh. Ini adalah gambaran dari rasa sakit Sakaratul Maut
yang paling dahsyat, sebagai awal dari azab yang akan menanti.
Penutup: Sebuah Refleksi Abadi
Membahas
Malaikat Izrail bukanlah untuk menumbuhkan ketakutan yang melumpuhkan,
melainkan untuk menumbuhkan kesadaran yang menghidupkan. Kehadiran Sang
Pencabut Nyawa adalah pengingat bahwa semua yang kita kejar di dunia ini akan
berakhir pada satu titik: pertemuan dengan utusan Allah tersebut.
Cara
Izrail mencabut nyawa kita, apakah dengan lembut atau dengan keras, sepenuhnya
bergantung pada bagaimana kita menjalani peran kita di panggung dunia ini.
Pikirkanlah: Jika esok adalah hari terakhir Anda di panggung ini, wujud
Izrail seperti apa yang Anda harapkan datang menjemput?
Tinggalkan komentar di bawah, bagaimana kisah ini
menginspirasi Anda untuk berbuat lebih baik hari ini!
Komentar
Posting Komentar