Kisah Nabi Idris AS, Malaikat Maut, dan Perjalanan Spiritual Paling Ekstrem!
Hai Sobat Hikmah! Pernahkah Anda membayangkan menjalin persahabatan dengan seseorang yang tugasnya... mencabut nyawa? Terdengar mustahil dan menyeramkan, bukan? Namun, inilah kisah luar biasa yang terukir dalam lembaran sejarah kenabian: Kisah Nabi Idris AS dan Malaikat Maut, Izrail.
Kisah
ini bukan hanya tentang pertemanan biasa, melainkan sebuah perjalanan spiritual
paling ekstrem yang pernah dialami manusia. Bersiaplah, karena kita akan
menelusuri kisah kesalehan, keingintahuan yang mendalam, hingga pengalaman
mencicipi kematian dan melihat alam akhirat!
Ilustrasi |
Nabi Idris AS dikenal sebagai sosok yang sangat giat beribadah dan sangat
cerdas—dialah yang pertama kali pandai menulis dan menjahit. Kesalehan beliau
yang tak tertandingi ini rupanya menarik perhatian salah satu malaikat paling
ditakuti, Malaikat Izrail (Malaikat Maut), sang pencabut nyawa.
Kerinduan
yang begitu besar untuk bertemu Nabi Idris membuat Izrail memohon izin kepada
Allah SWT. Diizinkanlah ia turun ke bumi, namun dengan penyamaran sebagai
seorang manusia tampan. Izrail datang bertamu dan tinggal bersama Nabi Idris
selama empat hari.
Nabi
Idris menjamu tamunya dengan ramah, namun ada keanehan yang disadarinya. Selama
empat hari itu, sang tamu tidak pernah menyentuh makanan atau minuman yang
dihidangkannya, dan gerak-geriknya menunjukkan keistimewaan yang bukan milik
manusia biasa.
Baca Juga yang Ini:
Rahasia Tinggi Nabi Adam Terbongkar: Pelajaran Unik Untuk Postor Anak Cucu Di Abad 21
Membangun Tembok Zulkarnain: Sebuah Kisah Epik Melawan Yajuj dan Majuj
Melawan godaan yang tak terlihat: panduan menghadapi syetan menurut al Qur'an dan Sunnah
Rasa
penasaran Nabi Idris memuncak. "Siapakah engkau sebenarnya, wahai
tamu?" tanyanya lembut.
Dengan
senyum, sang tamu menjawab, "Aku adalah Izrail, Malaikat Maut
yang diizinkan Rabb-ku untuk menemuimu, karena aku merindukan
kesalehanmu."
Bayangkan,
Malaikat Maut datang sebagai sahabat!
Namun,
hal yang lebih mengejutkan terjadi. Nabi Idris, yang memiliki tingkat ketakwaan
yang luar biasa, mengajukan sebuah permohonan yang tak terduga:
"Wahai
Izrail, aku ingin merasakan sakaratul maut saat ini juga, agar aku dapat
mempersiapkan diri lebih baik dan bertambah giat dalam ibadahku!"
Izrail
terperanjat. "Tugasku hanya atas izin Allah," katanya. Namun, karena
kehendak-Nya, Allah pun mengizinkan permintaan unik ini.
(Bagian 3: Mencicipi Kematian dan Kehidupan)
Atas
izin Ilahi, Izrail mencabut nyawa sahabatnya itu. Setelah ruh Nabi Idris
terpisah dari jasadnya, Izrail merasakan kesedihan yang mendalam melihat betapa
pedihnya sakaratul maut, meskipun ia mencabutnya dengan sehalus mungkin.
Malaikat
Maut yang penuh kasih itu memohon kepada Allah agar Nabi Idris dihidupkan
kembali. Dikabulkan! Nabi Idris pun bangkit, hidup kembali.
Izrail
bertanya, "Wahai sahabatku, bagaimana rasanya?"
Nabi
Idris menjawab sambil menangis: "Andai seekor binatang yang masih hidup
dikuliti, rasa sakitnya seribu kali lebih ringan daripada pedihnya sakaratul
maut yang baru saja kualami!" Tangisan itu bukan karena takut mati,
melainkan rasa iba yang mendalam kepada seluruh umat manusia yang harus melalui
fase tersulit ini.
(Bagian 4: Tur ke Surga dan Neraka)
Keinginan
Nabi Idris tidak berhenti sampai di situ. Ia kemudian memohon agar Izrail
memperlihatkan kepadanya neraka dan surga!
Sekali
lagi, Allah mengizinkan.
- Melihat
Neraka:
Dibawalah Nabi Idris ke neraka Jahanam. Begitu mendekat, seketika Nabi
Idris pingsan! Kengerian api, siksa, dan malaikat penjaganya membuat
beliau tak sanggup berdiri. Pengalaman ini membuatnya semakin takut kepada
azab Allah.
- Melihat
Surga:
Setelah itu, mereka melanjutkan perjalanan ke Surga. Begitu melihat
keindahan tak terkira, pesona sungai susu dan madu, serta kemewahan istana
yang disiapkan, Nabi Idris nyaris pingsan lagi karena terpesona! Beliau
merasakan kedamaian hakiki.
Penutup dan Hikmah
Setelah
berkeliling, Izrail mengajaknya kembali ke bumi, namun Nabi Idris menolak untuk
keluar dari surga. Beliau berdalih sudah mencicipi maut, melihat neraka, dan
kini telah menginjakkan kaki di surga—tempat yang dijanjikan abadi bagi hamba
yang taat. Akhirnya, atas kehendak Allah SWT, Nabi Idris pun ditetapkan sebagai
penghuni surga.
Kisah
Nabi Idris AS ini mengajarkan kita tentang:
- Keutamaan
Ibadah:
Kesalehan dapat membuat seorang nabi dihormati bahkan oleh Malaikat
Maut.
- Hakikat
Kematian:
Sakaratul Maut adalah sebuah kepastian yang sangat pedih,
mengingatkan kita untuk selalu beramal shaleh sebelum ajal menjemput.
- Keyakinan
pada Akhirat:
Kengerian neraka dan keindahan surga adalah motivasi terbesar untuk hidup
taat.
Semoga
kisah ini menginspirasi kita semua untuk meneladani kesalehan Nabi Idris AS!
Jangan lupa bagikan postingan ini agar lebih banyak lagi yang terinspirasi dari
Kisah Nabi luar biasa ini!
#NabiIdrisAS #MalaikatMaut #Izrail #KisahNabi #SakaratulMaut
#SurgaNeraka
Komentar
Posting Komentar